SEMBURAT SINAR GELAR KARYA SPENADA
Kabut
masih terlihat jelas pada pagi itu, Selasa 30 Mei 2023 di SMP Negeri 2
Ngadirejo. Tidak lama kemudian gegap gempita siswa kelas 7 mulai terdengar.
Salah satu dari mereka membawa makanan tradisional. Sementara yang lain membawa
pot bunga dari semen. Mereka membawa makanan dan beberapa benda itu ke
aula SMP Negeri 2 Ngadirejo. Tampak di
depan pintu masuk aula tertulis: Selamat Datang di Gelar Karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SMP Negeri 2
Ngadirejo.
Sementara
di dalam aula, sebelah pintu masuk deret kanan telah berjajar meja yang di
atasnya terdapat bungkusan pupuk kompos. Dan deretan berikutnya stand-stand berdiri di kanan-kiri
berjajar. Tampak lampu warna-warni bercampur
dedaunan dan bunga hias mewarnai stand
dari tiap-tiap kelas VII.
Stand-stand itu terdapat meja berhiaskan jarik
atau kain warna. Anak-anak satu per satu berdatangan membawa barang-barang maupun
makanan. Di atas meja itu pula mereka meletakkan makanan dan minuman
tradisional. Makanan yang menyehatkan karena tidak mengandung bahan pengawet buatan.
Selain itu, meja di dalam stand segera mereka letakkan figura yang terbuat dari
kertas-kertas bekas, gantungan kunci, dan juga aneka hiasan dari botol-botol
sisa.
Disusul
kemudian, datang kembali beberapa siswa membawa cetakan infografis berisikan
informasi tentang kesenian, makanan tradisional maupun adat istiadat daerah Temanggung.
Cetakan itu mereka gantungkan di benang yang membentang di atas meja.
Dan
di keriuhan pagi yang masih dingin itu, beberapa siswa berdatangan dengan
memakai kain jarik, bersurjan dan berblangkon gagrag Yogjakarta. Mereka duduk
di panggung. Di depan mereka telah terpampang gamelan pelog dan slendro. Satu
per satu anak memenuhi tempat yang
disediakan, bersiap memukul gamelan
sebagai hiburan. Sementara kursi-kursi di aula pun makin lama kian terisi satu
per satu tamu undangan.
Kursi
pun hampir semua terisi, kemudian Kepala Sekolah; Bapak
Isa Briawan, S.Pd, M.Si, Pengawas SMP Negeri 2 Ngadirejo;
Bapak Dr. Sugi, M.Pd, Ketua Komite; Bapak
Sisworo Sudiran beserta jajarannya memasuki sasana. Dan acara seremonial gelar
karya bertemakan “Merawat Budaya dan Bumi, Meruwat Jiwa tuk Mandiri” pun
dimulai. Beberapa siswa dari tim Padus Gita Spenada segera memimpin menyanyikan
lagu Nasional “Indonesia Raya”. Ruangan tampak makin riuh setelah para siswa
dari Pradiga Cendekia naik ke panggung untuk mempersembahkan tarian selamat
datang dari Aceh, tari Ratoe Tjaroeh. Anak-anak
itu terlihat gesit dan kompak dalam bergerak, tangan dan kaki seirama dengan iringan
musik yang membahana dan memecah suasana.
Setelah
itu sambutan dari ketua panitia gelar karya, Ibu Anna Herawati, S.Pd menjadi
pembuka sambutan-sambutan berikutnya. Dan Bapak Kepala sekolah segera memberi sambutan. Tampak anak-anak masih menjaga stand mereka yang telah terpasang pita. Stand yang belum terjamah pengunjung
sebelum pita itu terputus dan tak lagi sambung.
Namun
sebelum acara itu dimulai, beberapa anak dari Gita
Spenada pun menyuguhkan lagu “Pelajar Pancasila”. Suasana tampak khidmat,
bersusul kemudian salah satu anak yang duduk di panggung membunyikan cempala,
disusul kendang kemudian digenapi gong penatas. Tembang “Bang-Bang Wetan/Bang
Bang Wus Rahina” pun menggema. Tembang yang memiliki arti bahwa merah-merah di
langit fajar telah keluar, sinar surya menyemburat muncul menerangi kegelapan,
seperti pertanda bahwa acara itu sebentar lagi dimulai. Suara gamelan bernada pelog itu pun seirama
dengan para penembang yang duduk timpuh berjajar di dekat bibir panggung.
Tampak
beberapa tamu duduk dengan khidmat. Di antara mereka ada yang turut menyanyikan
tembang tersebut. Suara gamelan mengalun hingga sang pamurba irama alias pengendang memberi aba-aba berhenti. Acara pun
berlanjut sambutan dari Ketua Komite dan disusul sambutan dari Dr. Sugi . Terlihat
suasana kian riuh dan aula makin penuh, beberapa anak mengusap peluh. Lampu
warna-warni bertebaran di tiang-tiang stand terus menyala. Tak berselang lama,
suasana kemudian hening ketika doa yang dipimpin Bapak Arriyadi, S.Pd i
dilantunkan.
Doa
menjadi sarana pembuka acara yang dinanti-nanti akan segera tiba. Pemukulan
gong oleh Bapak Pengawas pun bergema sebagai tanda acara gelar karya dibuka.
Bersusulan dengan pemotongan pita di tiap-tiap stand oleh Bapak-Ibu wali kelas
sebagai simbol telah dibuka untuk umum. Suara gendhing Kebo Giro bertalu-talu,
menggema mengawali pembukaan gelar karya. Beberapa anak segera menawarkan
produk-produk mereka. Tamu-tamu
berjejalan membanjiri. Di situ ada komunikasi, ada tegur dan sapa, yang
bermuara pada edukasi.
Gamelan
masih memainkan peran di atas panggung hiburan. Tembang “Gugur Gunung” kini
berkumandang, seperti mengundang yang lain untuk datang melihat gelar karya
yang telah terpajang. Dan para yaga dan wiraswara pun berhenti sejenak
digantikan grup Band Spenada yang menampilkan hiburan dengan musik yang
menggugah benak. Dengan senang mereka membawakan lagu-lagu dengan hati riang.
Beberapa siswa pun menggerakkan kaki, tampak turut berdendang. Dan tak terasa, makanan-makanan
tradisional segera ludes tak tersisa. Juga beberapa produk yang ditawarkan
menemu muara ke pembeli. Terlihat beberapa anak berparas girang, dari wajah
yang lelah namun tersungging senyum menggurat senang.
Sementara
itu di pojok aula ada salah satu anak yang masih juga
menembang, “Bang-bang wus rahina…bang-bang wus rahina, srengengene
muncul-muncul... sunar sumamburat...
Tembang yang menyuguhkan
arti bahwa merah keemasan di langit fajar telah keluar, matahari pun terbit,
sinar surya menyemburat. Generasi muda harus segera bangun membangun peradaban
yang lebih beradab, dengan ilmu dan adab.
Dan sepertinya, semburat sinar matahari telah keluar di gelar karya yang
tergelar di Spenada....